Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rebu Dalam Sistem Komunikasi Adat Suku Karo

Pimpin Upacara HUT RI ke-78, Gubernur Edy Rahmayadi Kenakan Uis Gara Khas Suku Karo


Etika komunikasi adat Karo, filosofinya adalah "mehamat dan sihangken". Untuk mengupas hal tersebut, teori Emmanuel Kant lebih tepat menjelaskan sistem kekerabatan Karo sebagai struktur fungsional (sangkep nggeluh). 

Emmanuel Kant (1724-1804), adalah seorang ahli filsafat asal Jerman. Menurut Kant, suatu tindakan dilakukan karena kewajiban moral, bukan karena ingin memperoleh tujuan kebahagiaan, atau pun melaksanakan perintah agama. Misalnya, bagaimana seorang anak beru berprilaku dalam adatnya. Suku Karo dalam filosofinya mehamat dan sihangken menunjukkan etika atau moral sangat penting.
 
Dalam komunikasi adat Karo ada disebut "rebu". Adat rebut ini akan jelas dalam teori etika Emmanuel Kant sebagai personal branding dalam adat. Adat rebu ini, adalah pantangan bicara langsung. Misalnya, komunikasi bengkila dengan permain, mami dengan kela, dan erturangku.
 
Dalam struktur fungsional Karo, yaitu " rakut siempat, tutur si waluh, dan perkade - kadeen 12 + 1 dijelaskan kedudukan bengkila, mami, permain dan kela. Status ini terbangun dengan adanya perkawinan. Oleh karena ini, perjabun (perkawinan) dalam adat Karo sangat penting, karena adat pernikahan dibangun oleh runggu. 

Runggu merupakan keputusan tertinggi dalam adat Karo.
 
Teori etika dari Emmanuel Kant memperkuat orat tutur individu sebagai genetika (merga). Sebagaimana diketahui, bahwa merga merupakan genetika pembentuk keluarga dan masyarakatnya. Oleh karena ini, maka Suku Karo menolak Batak Karo karena persepsi dua genetika. Tidak ada Sembiring Situngkir.
 
Rebu (pantangan bicara langsung) bukan tidak bisa menyampaikan pesan. Tujuan komunikasi atau pesan dapat melalui perantara (erkelang - erkelang). Misalnya, anak, keluarga, bahkan dinding rumah. Tapi, adat sihangken tidak memungkinkan komunikasi erkelang - kelang dinding rumah, kursi atau meja. Komunikasi ini hanya saat perlu sekali karena tidak ada pihak ketiga dalam komunikasi.
 
Orat tutur dalam rebu elastis. Dalam struktur fungsional genetika sama (se merga) bisa menjadi er-rebu. Contoh, Merga Ginting rebu dengan Beru Ginting, karena ermami/erkela, atau erturangku. Inilah uniknya tutur Suku Karo dalam sistem komunikasi adatnya.
 
Teori Komunikasi Behaviorisme oleh John Broadus Watson, menyebutkan komunikasi dan prilakunya menimbulkan rangsangan, sehingga mudah menangkap pesan. Dari teori ini dapat dipahami, bahwa komunikasi dua arah dapat memicu pelanggaran etika atau moral. Sehubungan dengan etika dari Emmanuel Kant, maka tak mustahil ada pelanggaran etika sihangken. 

Oleh karna ini, perkawinan (perjabun) dilarang bukan hanya semarga, tapi ermami - erkela, erbengkila - erpermain, dan erturangku. Namun, tradisi lakomangani (erbengkila - erpermain) bisa ada setelah suami meninggal.
 
Dengan teori etika Emmanuel Kant tersebut untuk menjaga keteraturan orat tutur dan sangkep nggeluh, maka dapat diketahui, bahwa rebu sangat penting dipertahankan dan dibangun dengan filosofi mehamat dan sihangken.
 
SERUNE GEMBURA
PEMIKIR KUTA NARI