Pedagang asongan dan anak muda
Seorang pria melangkah pelan dengan menenteng gantungan asongannya, dia menuju rumahnya di sebuah gang di pinggir kota. Si istri menyambutnya dengan ceria melihat dagangan suaminya yang tak tersisa.
Istri: "Kok pulangnya sore bang"
Pria Asongan: "ia dek, dagangannya sudah habis"
Istri: kalau begitu, cukup beli beras dong bang...
Pria Asongan: tapi abang gak bawa duit dek. Tadi ketika abang berangkat dagang, abang melihat anak anak muda ramai turun ke jalan, katanya ada demo tentang seorang anak muda"
Istri: Demo itu untuk rakyat bang, yang penting dagangannya abis ya bang...
Pria Asongan: tadi abang terbawa suasana dek, abang melihat semangat anak anak muda yang turun ke jalan itu, tahu goreng dan dagangan lainnya abang kasi gratis buat anak anak muda itu dek.
Istri: ... trus, kita beli beras gimana bang?
Pria Asongan: Sudahlah dek, besok kita cari lagi, sekarang siakan kopi saja dan ubi rebus dari kebun belakang buat abang.
Sang istri pun bergegas menuju dapur menyispkan kopi dan merebus ubi. sementara itu suara dering hp Nokia terdengar...
Pria Asongan: ya...?
Suara nokia: "Ficus benjamina sudah pindah tangan, Ficus amplas sudah bersiap..."
Pria Asongan: "ok..."
Suara nokia: "Jangan lupa, petunjuk dari team Bonds sudah disebarkan.."
Pria Asongan: "Sudah landing sejak kemaren..."
Suara nokia: "Ok... pot sudah aman kah? berikutnya masuk onde onde..."
Pria Asongan: "ok, pot sudah di sterilkan... meja saji segera disiapkan..."
Suara Nokia: "ok... selamat berkarya.."
Pria Asongan mematikan telpon.
Ternyata sang istri sudah di sampingnya dengan segelas kopi
Istri: Ini kopinya bang, ubinya lagi direbus...
Pria Asongan: ya dek, makasi...
Sang istri kembali ke dapur. Si pria Asongan merogoh saku celananya, kemudian dia meletakkan beberapa koin rupiah di meja dan sebuah kertas terlipat yang terliahat lecek. Dia buka lipatan kertas itu. Menurut suara nokia, Itu skeysa dari tim bonds yang diserahkan oleh Paijo kang bakso keliling yang kemaren memberinya semangkok bakso. Dia menatap sketsa itu dengan menghela nafas dalam. "Kita tak bisa ikut diam, kita harus bergerak", batinnya sambil memperhatikan sketsa garuda di kertas.
334,mjj,K.jahe.26.8.24 (Bayak Lau Kami)