Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Adanya Suatu Rumah Tradisionil Karo Memiliki Tanda Penunggang Kuda Kemunggkinan Milik Perlanja Sira Berkuda

Foto : Jalur Rempah
Perlanja Sira, Aktor Penting Perdagangan di Pesisir Timur Sumatra Utara

Berkaitan dengan adanya salah satu rumah tradisionil Karo yang ada lambang Penunggang Kudanya. Dari lambang Kuda itu segelintir orang Mengklaim bahwa kata BATAK berasal dari KOSA KATA KARO ASLI.

Sedangkan dalam bahasa Karo kosa kata Batak tidak berhubungan dengan Kuda dan kata Batak berkaitan dengan Kuda itu ada pada bahasa Toba kuno seperti PAMBATAK HODA yang artinya penunggang Kuda, MAMBATAK HODA artinya menunggang Kuda dan BATAKI yang artinya cambuk Kuda.

Pendapat pribadi tentang adanya salah satu rumah tradisional yang ada Kudanya itu, belum ada penelitiannya secara ilmiah sehingga tidak diketahui rumah yang ada kudanya itu menggambarkan tentang apa dan rumah itu didirikan tahun berapa karena belum ada penelitian secara akademis (apakah tentang perlanja sira berkuda ataupun tentang perdagangan kuda atau pertempuran berkuda) dan yang paling mengherankan kapan pula penyebaran bahasa Karo sampai ke BATAK BULGARIA yang berbahasa Slavia itu.

Dalam sejarah manapun belum pernah ditemukan KOSA KATA KARO ASLI SAMPAI KE BULGARIA.

Rumah yang ada lambang kuda diwilayah Karo itu tidak umum dijumpai dan umumnya Rumah adat Karo melambangkan KEPALA KERBAU BERTANDUK sehingga rumah adat Karo diberbagai wilayah terdapat Jambur Tanduk. Sedang Joro Toba jelas merupakan tempat pemujaan Arwah leluhur yang jelas-jelas menggambarkan adanya terkaitan degan ASAL USUL NENEK MOYANG karena Joro adalah tempat pemujaan Roh Moyang (Asal usul moyang berkuda Dari Manchu ke Yunan dan ke Asia Tenggara).

Foto dari FB Fajar Bangun

Pelarian Manchu karena diburu oleh Mongol itu ada juga yang sampai ke wilayah Karo yang sekarang. Mereka menjumpai wilayah ini telah dihuni oleh Ras Austromelanesoid dan Ras Mongoloid (wilayah ini sudah menjadi hunian manusia sejak zaman Kristalik) hal itu terbukti dengan ditemukannya Kapak batu di Hulu sungai Deli dan dilangkat serta gua-gua hunian kuno dipedalaman yang menurut kisah Karo disebut adanya gua hunian Humang.

Pada kedatangan orang Manchu di wilayah Karo yang sekarang, ternyata diwilayah ini mereka membuat onar sehingga Kata Batak diwilayah ini/Karo sekarang, bergeser menjadi suatu kegiatan (arti Batak dalam bahasa Karo dapat dilihat dalam Kamus Karo-Indonesia) dan kata Batak diwilayah Karo ini berkembang pada kata Terbatak, Kebataken, Ibatak-bataken dan Guru Batak.

Disamping itu pada masa Kolonial, pihak Belanda membagi dua wilayah Sumatera utara yaitu disebut Wilayah Melayu untuk daerah Pantai dan wilayah Batak untuk Pedalaman sehingga segala Produk dari pedalaman diberi label Batak. Seperti Kiker Batak, Catur Batak, Uis Batak, Ikan Batak, Landek Batak, Gula Batak, Bawang Batak, Perang Batak (BATAK OORLOG) tanpa memandang walaupun produk itu sebenarnya berasal dari wilayah Karo.

Oleh : Fajar Bangun