Perlawanan Terhadap KBB
TARI ROTI MANIS |
Awal-awalnya dulu, perlawanan terhadap KBB (sampai berani memaki-maki dan membentak-bentak) dilegitimasi oleh asumsi KBB itu hanyalah sebuah perbuatan orang iseng, tak punya kerjaan lain, mau kelihatan jago, pembenci GBKP, serta pemecah belah persatuan bangsa dan negara.
Orang-orang Karo yang sebenarnya tidak tahu banyak mengenai Sejarah Karo merasa tertolong oleh beberapa orang non Karo yang kelihatannya sangat memahami sejarah (Hasiholan), banyak bahasa (termasuk Simalungun, Karo, Batak) (Profesor Dasuha)😁 dan orang-orang Batak yang sangat menguasai Tarombo Siraja Batak (Rambe).
Di tengah jalan mereka semua luluh lantak dan orang-orang Karo yang pernah merasa diuntungkan oleh para non Karo itu (Galang Thai, Kembaren Papua) pun menjadi kelsu. Sementara para simpatisan KBB kebanyakan suka belajar.
Munculnya pakar Kinikaron seperti AndichristTheodicea Ginting hanyalah gambaran puncak gunung es. Rata-rata penggerak KBB adalah suka belajar sehingga semakin kentara perbedaan Anti KBB dengan Pro KBB adalah antara orang tau satu tapi merasa pengetahuannya kunci dari segalanya dengan orang-orang yang tau banyak sendi-sendi dari Kinikaron.
Lumayan lama lesu serangan terhadap KBB karena para Anti KBB berharap, dengan tidak melawaninya, KBB akan sepi sendiri. Ternyata tidak. Patah Tumbuh Hilang Berganti.
Bermunculan saja orang-orang baru yang membuat orang-orang lama pun tetap berkobar atau dikobarkan lagi. Para Anti KBB mau cari celah lewat orang-orang baru ini yang katanya berbahasa kurang sopan dan lain sebagainya. Menurut saya, gak perlu semangat mereka diperlemah dengan pelajaran moral. Biarkan mereka berproses sendiri karena Tuhan memberi kekuatan kepada semua manusia untuk mengoreksi dirinya sendiri. Pelajaran moral sering kali adalah alat politik membuat orang-orang takut, takluk dan manut.
Munculnya satu dua serangan ke KBB dari orang-orang lama, seperti si akun Theo dan Nini Rambit, adalah indikasi semakin dominannya pemikiran Pro KBB.
Orang-orang Karo yang sebenarnya tidak tahu banyak mengenai Sejarah Karo merasa tertolong oleh beberapa orang non Karo yang kelihatannya sangat memahami sejarah (Hasiholan), banyak bahasa (termasuk Simalungun, Karo, Batak) (Profesor Dasuha)😁 dan orang-orang Batak yang sangat menguasai Tarombo Siraja Batak (Rambe).
Di tengah jalan mereka semua luluh lantak dan orang-orang Karo yang pernah merasa diuntungkan oleh para non Karo itu (Galang Thai, Kembaren Papua) pun menjadi kelsu. Sementara para simpatisan KBB kebanyakan suka belajar.
Munculnya pakar Kinikaron seperti AndichristTheodicea Ginting hanyalah gambaran puncak gunung es. Rata-rata penggerak KBB adalah suka belajar sehingga semakin kentara perbedaan Anti KBB dengan Pro KBB adalah antara orang tau satu tapi merasa pengetahuannya kunci dari segalanya dengan orang-orang yang tau banyak sendi-sendi dari Kinikaron.
Lumayan lama lesu serangan terhadap KBB karena para Anti KBB berharap, dengan tidak melawaninya, KBB akan sepi sendiri. Ternyata tidak. Patah Tumbuh Hilang Berganti.
Bermunculan saja orang-orang baru yang membuat orang-orang lama pun tetap berkobar atau dikobarkan lagi. Para Anti KBB mau cari celah lewat orang-orang baru ini yang katanya berbahasa kurang sopan dan lain sebagainya. Menurut saya, gak perlu semangat mereka diperlemah dengan pelajaran moral. Biarkan mereka berproses sendiri karena Tuhan memberi kekuatan kepada semua manusia untuk mengoreksi dirinya sendiri. Pelajaran moral sering kali adalah alat politik membuat orang-orang takut, takluk dan manut.
Munculnya satu dua serangan ke KBB dari orang-orang lama, seperti si akun Theo dan Nini Rambit, adalah indikasi semakin dominannya pemikiran Pro KBB.
Oleh : Juara R. Ginting