Merga Seragih berasal dari Gunung Siosar Wilayah Ginting Munte Sipitu Kuta
Foto : karokab.go.id |
TENTANG TAFSIR LIAR BUDAYA KARO
-Memahami Teks dan Data-
Kemarin saya menaikkan tulisan mengenai tafsir liar arti Sipiso-piso untuk Air Terjun Sipiso-piso ke SORA SIRULO. Lalu, di sebuah grup Karo, seseorang memberi komentar seperti ini: "Tafsiran ini pak? Br ginting seragih atau beru ginting munthe."
Saya tahu jalan pikirannya yang kira-kira begini.👇
Daerah itu, lokasi Gunung Sipiso-piso, adalah wilayah Urung Sipitu Kuta Tengging yang anak tanehnya adalah merga Ginting Munte. Jadi, bagi dirinya yang kebetulan juga merga Munthe, lebih logis Beru Ginting Munthe yang menjadi tokoh utama dalam mitologi yang saya sebutkan daripada Beru Ginting Seragih.
Komentarnya itu membuat saya teringat sebuah penjelasan mengenai pembagian Taneh Karo secara tradisional di youtube.
Dia menyebut Karo Gugung dengan menunjuk ke daerah yang biasa disebut Gunung-gunung. Bila selama ini di kepustakaan Taneh Karo dikatakan terbagi dua, yaitu Taneh Karo Jahe dan Taneh Karo Gugung, di penjelasan youtube itu Karo Gugung terbatas pada daerah yang secara tradisional disebut Gunung-gunung, yaitu yang meliputi wilayah Urung-urung 4 Teran, sebagian 3 Kuru, dan 5 Senina.
Pembagian Karo Jahe dan Karo Gugung itu kita dapat di tulisan-tulisan M. Joustra dan P. Tamboen. M. Joustra dan diikuti oleh Henri Guntur Tarigan bahkan menunjuk pembagian Karo Jahe dan Karo Gugung ini sejalan dengan perbedaan dua dialek Karo, yaitu Dialek Karo Jahe dan dialek Karo Gugung.
Akan tetapi, orang yang menampilkan pembagian Taneh Karo di youtube itu menurut hemat saya mencemari data dengan langsung membuat tafsir. Kira-kira tafsirnya begini, gunung-gunung bukanlah kosa kata Karo tapi melainkan kosa kata Indonesia ataupun Melayu.
"Gunung-gunung mungkin istilah baru yang diterjemahkan dari istilah aslinya Gugung," pikirnya dan kemudian menyebut Karo Gugung dengan menunjuk ke Karo Gunung-gunung.
Itulah yang disebut melakukan pencemaran pada data dengan tafsir liar (tanpa berdasarkan apa-apa).
Demikian juga halnya komentar mengenai mitologi Gunung Sipiso-piso. Saya merekam teks kisah itu dari seseorang dan telah dikonfirmasi oleh beberapa informan lainnya yang saya anggap berkompeten saat melakukan penelitian lapangan.
Saya juga sudah menghasilkan sebuah analisis mengapa itu Beru Seragih tapi memang hasil analisis saya tidak saya tampilkan di tulisan itu (menjaga kesantaian tulisan-tulisan saya agar semua tingkat wawasan pembaca bisa memahaminya).
Sedikit saya bukakan hasil analisis saya. Tichelman menulis hasil wawancaranya dengan Raja Pematang Raya yang mempertanyakan apakah kelompok mereka ini (merga Seragih) berasal dari Samosir. Menurut Raja Pematang Raya, mereka berasal dari Gunung Siosar, bukan Samosir.
Gunung Siosar terdapat di wilayah Sipitu Kuta Ajinembah yang anak tanehnya adalah Ginting Munte.
Memang, banyak juga mereka menunjuk asal usulnya dari Garingging, sebuah desa di wilayah Urung Sipitu Kuta Tengging. Anak taneh dari desa ini sama dengan anak taneh Urung Sipitu Kuta Tengging, yaitu Ginting Munte.
Mereka menyebut asal usulnya dari Garingging karena mereka adalah Seragih Garingging (bukan Seragih Sumbayak maupun Seragih Munte).
Buku Tichelman itu terbit di Masa Kolonial dalam Bahasa Belanda. Dia sendiri saat itu adalah Controleur van Simalungunlanden, sementara yang diwawancarainya adalah Raja Pematang Raya, setingkat urung di Karo yang didirikan oleh marga Seragih.
Baik mereka berasal dari Siosar maupun Garingging, keduanya adalah daerah Ginting Munte.
Mengapa para keturunan pendiri Pematang Raya marga Saragih?
Dalam mitologi Rumah Sipitu Ruang dituturkan Siraja Sori berangkat dari Ajinembah (ibu negeri Urung Sipitu Kuta Ajinembah) ke Negeri Purba dengan membawa seekor Kerbo Nangalutu. Singkat cerita, dia mengawini impalnya beru Purba dan Raja Purba mempersilahkannya mendirikan Kerajaan Pematang Raja.
Itulah asal usul pendiri Pematang Raya yang merga Seragih. Tiga versi cerita mengatakan mereka berasal dari Ginting Munte. Apa anehnya kalau teks mitologi itu mengatakan Beru Seragih yang menjadikan Gunung Sipiso-piso tempatnya mandi keramas meskipun lokasinya adalah daerah Ginting Munte?
Kami antropolog diajarin memahami teks maupun data dan bukannya mengutakatik teks/ data berdasarkan tafsir. Lebih baik menampilkan data mentah tanpa tafsir maupun analisis daripada ngarang-ngarang.
Kalau member grupnya banyak suku lain, tulisan saya kemarin itu pasti sudah diketawain dan diolok-olok dengan mengatakan saya tual dan tidak tahu apa-apa.
Oleh : Juara R. Ginting