Merga-merga di Suku Karo adalah KELOMPOK dari Merga Silima, BUKAN Cabangnya
Colleectie Prentekabinet Universiteit Leiden (Koleksi Ruang Cetak Universitas Leiden) Foto : Kampung Lau Tepu |
Mengasumsikan salah satu merga sebagai merga tertua diantara merga-merga Karo didasarkan pada sebuah pikiran bahwa Karo adalah sebuah kumpulan merga-merga. Pikiran ini terperangkap pada dua hal yang membuatnya sulit untuk dikatakan logis.
👉Pertama, adanya satu merga tertua berarti pernah suatu ketika di Taneh Karo hanya ada satu merga. Timbul pertanyaan logis di benak kita, apakah mereka kawin mawin sesama merga?
Kalau mereka kawin mawin sesama merga, secara logis pula merga termasuk nama merga tidak relevan. Merga dan namanya menjadi relevan ketika ada merga lain yang berhubungan dengannya.
Dengan begitu, tidak akan pernah ada satu merga tertua.
👉Ke dua, semua merga Karo dihimpun ke dalam salah satu diantara 5 merga: Ginting, Karo-karo, Perangin-angin, Sembiring, Tarigan. Hanya Tarigan yang kemungkinan bisa ditemukan di luar Karo yaitu merga Trigan pada Orang Singkel (Aceh). Selebihnya tidak punya legende berasal dari luar Taneh Karo.
Banyak penulis mengatakan merga-merga tertentu di Karo sebagai cabang dari salah satu diantara kelima merga itu. Dalam literatur ilmiah akademik sering disebut sub-clan dengan menunjuk masing-masing kelima merga itu sebagai clan.
Penggunaan kata CABANG menurut saya adalah salah satu HOAX terbesar pada Suku Karo di abad lalu hingga abad ini. Cabang adalah istilah tatanama tumbuhan (botanic taxonomy) yang mengisyaratkan sebuah cabang (branch) tumbuh dari batang (trunk). Selanjutnya, sebuah ranting tumbuh dari cabang dan ranggas dari ranting.
Demikian di dalam kepustakaan ilmiah akademik kita temukan istilah-istilah Clan, Subclan, Sub-subclan, Lineage, Sublineage, dan Sub-sublineage.
Pertanyaan, apa buktinya Sinulingga, Purba, Barus, dan Sitepu misalnya tumbuh dari merga Karo-karo sehingga kita berani-beranian mengasumsikan mereka CABANG merga Karo-karo?
Sangat jelas bagi hampir semua Orang Karo tidak ada satu merga pun yang merupakan keturunan dari salah satu diantara kelima merga itu. Kelima merga itu tidak menurunkan merga dan juga bukan keturunan dari merga lainnya yang manapun (kecuali menurut si tukang klaim Malingsia).
Jadi, apa kin situhuna merga itu? Jelasnya, merga adalah kosa kata Sansekerta. Jangan pula kalian terjebak "litle-litle Batak" atupun "Batak ndai maka malemna".
Oleh : Juara R. Ginting