Perbedaan Antara Sembuyak dan Senina
Foto : Pelangi Harum |
Berbeda halnya dengan daerah Julu dan Gunung-gunung, sesama Ginting, misalnya, menggunakan istilah senina sebagai panggilan akrab. Dalam pertuturen resmi, semua daerah Karo mengikuti aturan sama. Sesama Ginting atau Karo-karo, Perangin-angin, Sembiring dan Tarigan sudah bisa saling menyebut senina.
Mereka bisa juga saling menyebut sembuyak bila mereka berasal dari sub merga sama atau sub merga mereka punya hubungan sejarah khusus. Tapi hubungan sembuyak antara sub merga sebenarnya tidak begitu sederhana.
Ginting Munte bisa berhubungan sembuyak dengan Ginting Manik, Jawak, Sinusinga dan Tumangger tapi tidak dengan sub-sub merga yang tergabung dalam Siwah Sada Ginting seperti Suka, Jadibata dan lain sebagainya. Sesama Munte yang berasal dari Si Pitu Kuta Ajinembah berhubungan sembuyak, tapi Munte Ajinembah dengan Munte Tengging hanya berhubungan senina.
Ginting Munte bisa berhubungan sembuyak dengan Ginting Manik, Jawak, Sinusinga dan Tumangger tapi tidak dengan sub-sub merga yang tergabung dalam Siwah Sada Ginting seperti Suka, Jadibata dan lain sebagainya. Sesama Munte yang berasal dari Si Pitu Kuta Ajinembah berhubungan sembuyak, tapi Munte Ajinembah dengan Munte Tengging hanya berhubungan senina.
Sesama Sitepu Teran berhubungan sembuyak tapi antara Sitepu Si Empat Teran dengan Sitepu Si Enem Kuta berhubungan senina. Masih banyak contoh lain yang lebih rumit lagi.
Sekarang ini banyak orang Karo menganggap sembuyak dan senina sama sehingga mereka dia menerima sistim sangkep sitelu atau daliken sitelu atau rakut sitelu dengan formasi (sembuyak/senina), (anak beru) dan (kalimbubu). Untuk membuktikan bahwa sembuyak dan senina tidak sama sangat mudah. Senina bisa melalui perkawinan seperti senina siparibanen, senina sipemeren dan senina sendalanen. Tapi sembuyak hanya bisa melalui garis keturunan bapa.
Kalau sembuyak dan senina sudah jelas tidak sama, mengapa kita ikut- ikutan meminjam istilah Minang (tiga tungku sejarangan) dan istilah Toba Dalihan Na Tolu? Itu kan empat (sembuyak, senina, anak beru, kalimbubu), bukan tiga? Dalam penelitian saya Toba juga punya empat; dongan saboltok, dongan tubu, anak boru dan hula-hula.
Inilah salah satu contoh bahwa konsep yang kita sudah pergunakan secara kokoh dan percayai tentang kebudayaan tradisional Karo tak tahunya buatan Barat alias Trinity dalam agama Kristen.
Sampai ketemu dalam acara destruktif yang lain. Mejuah-juah.
Ditulis Juara Rimantha Ginting
16 November 2002
Sekarang ini banyak orang Karo menganggap sembuyak dan senina sama sehingga mereka dia menerima sistim sangkep sitelu atau daliken sitelu atau rakut sitelu dengan formasi (sembuyak/senina), (anak beru) dan (kalimbubu). Untuk membuktikan bahwa sembuyak dan senina tidak sama sangat mudah. Senina bisa melalui perkawinan seperti senina siparibanen, senina sipemeren dan senina sendalanen. Tapi sembuyak hanya bisa melalui garis keturunan bapa.
Kalau sembuyak dan senina sudah jelas tidak sama, mengapa kita ikut- ikutan meminjam istilah Minang (tiga tungku sejarangan) dan istilah Toba Dalihan Na Tolu? Itu kan empat (sembuyak, senina, anak beru, kalimbubu), bukan tiga? Dalam penelitian saya Toba juga punya empat; dongan saboltok, dongan tubu, anak boru dan hula-hula.
Inilah salah satu contoh bahwa konsep yang kita sudah pergunakan secara kokoh dan percayai tentang kebudayaan tradisional Karo tak tahunya buatan Barat alias Trinity dalam agama Kristen.
Sampai ketemu dalam acara destruktif yang lain. Mejuah-juah.
Ditulis Juara Rimantha Ginting
16 November 2002
Blog : Pelangi Harum