Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakter Suku Karo mirip seperti orang Banyumas



Suku Karo setau saya berbeda dengan suku Batak.

Orang Karo itu menarik untuk dipelajari budayanya. Kalau di Jawa, mereka mirip orang Banyumas : ceplas ceplos, spontan, ekspresif, periang, apa adanya, dan friendly. Karo berbeda dengan Batak lho ya, mereka merupakan suku tersendiri dengan bahasa (Cakap Karo) yang jauh berbeda dari bahasa Batak.

Pengaruh budaya dan bahasa Karo tersebar luas di Kabupaten Karo (Kabanjahe), Kota Brastagi, Kota Medan (pendiri Kota Medan adalah seorang Raja Karo bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi sekitar tahun 1590), Kabupaten Dairi, Langkat, Deli Serdang, sampai Aceh Timur.

Karakter Suku Karo mirip seperti orang Banyumas
Intermezzo : Salah satu obyek wisata menarik di daerah yang dipengaruhi budaya Karo adalah Tangkahan. Disini kita bisa memeluk dan memandikan gajah.

Waktu pertama kali tugas di Medan tahun 2001, kebetulan tempat kerja saya didominasi suku Karo. Kata-kata dalam bahasa Karo seperti mejuah-juah (sejenis assalamualaikum) dan bujur (terima kasih), akrab di telinga saya. Secara demografi, populasi Muslim dan Nasrani pada suku Karo sekitar 30 : 70, adalah biasa disana dalam satu keluarga berbeda agama. 

Meskipun ada stereotype negatif tentang orang Karo, saya tidak pernah ambil pusing. Semua tergantung kepada individunya. Wong orang Karo itu banyak (jumlah mereka 3 juta jiwa terbagi menjadi 85 marga). Wajar kalau ada 1-2 oknum yang malesin. Lagipula bahaya kalau hidup bermasyarakat didasarkan pada stereotype negatif SARA (misal orang Padang/Arab pelit, Sunda pesolek dan materialistis, Jawa licik, Tionghoa eksklusif, egois dan tidak nasionalis, dst). Orang Banyumas yang njelehi (nyebelin) juga banyak koq seperti saya contohnya.

Saking dekatnya karakter antara Karo dan Banyumas (ini perasaan saya aja, in general saya gak tau), saya relatif mudah tune in selama penugasan di Namorambe. Mungkin karena "frekuensi" kami sama, mereka AM dangdut, saya AM orkes Melayu. 

Awalnya saya sempat takut karena sebagai fresh graduate berusia 22 tahun yang ditunjuk sebagai site manager pembangunan green house, harus berhadapan dengan OKP/Organisasi Karya Pemuda (preman di Sumut lah pokoknya) yang silih berganti datang ke proyek meminta japrem. Semuanya orang Karo. Sudah bicaranya keras, badannya kekar-kekar pula. Perlu waktu dua bulan bagi saya ketika itu untuk beradaptasi mempelajari karakter mereka sampai akhirnya kami menjadi sahabat (setoran jalan terus tapi jumlahnya tolerable bagi perusahaan). Lha di Banyumas juga banyak LSM dan preman koq.

Karakter Suku Karo mirip seperti orang Banyumas

Karakter Suku Karo mirip seperti orang Banyumas

Karakter Suku Karo mirip seperti orang Banyumas

Intermezzo lagi : Ada beberapa saudara saya di Banjarnegara yang menjadi anggota LSM. Saya bilang ke mereka : kita sama-sama cari makan, tapi tolong "jangan ganggu" proyek pertanian. Dan kalau dikasih "mainan", kerjakan yang amanah sesuai spek, volume, RAB. Kalau sudah bosan/capek jadi anggota LSM, coba deh bertani, ajukan bantuan melalui e-proposal Kementan dengan diketahui PPL/Mantri Tani dan rekomendasi Dinas Pertanian Kabupaten. Selama tergabung dalam Kelompok Tani dan terdata dalam Simluhtan (Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian); pasti diproses. Bantuan pemerintah tidak diberikan untuk orang per orang karena negara ini bukan milik mbah kita.

Waktu mengunjungi Tangkahan beberapa bulan lalu, guide kami juga orang Karo (karena penduduk setempat sebagian besar orang Karo). Namanya Bang Jumpa Perangin-Angin. Karena kebaikan hati Bang Jumpa lah kami dapat memberhentikan dan memeluk gajah Sumatera yang baru pulang diangon di hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Secara aturan selama pandemi "kopid19" sebenarnya pengunjung tidak diperbolehkan memegang gajah. Tapi Bang Jumpa bilang begini ke pawang gajahnya : "Bapak-bapak ini sudah datang jauh2 dari Jakarta kesini, harus liat gajah Sumatera".

Karakter Suku Karo mirip seperti orang Banyumas
Bang Jumpa Perangin-angin (kiri).

Kalau ada yang ingin berkunjung ke Tangkahan Ecotourism Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dan membutuhkan jasa guide, silahkan hubungi Bang Jumpa di nomor 085362939577. Insya Allah petani jeruk nipis dan kelapa sawit ini adalah guide yang baik dan sangat memahami seluk beluk alam Tangkahan. Misalnya mengetahui tanda-tanda alam jika terjadi banjir bandang di hulu Sungai Tangkahan di Gunung Leuser yang membahayakan pengunjung.

Karakter Suku Karo mirip seperti orang Banyumas
Terrario Tangkahan. Resort milik Nikolas Saputra.

Oleh : Bayu Wirawan