7 Cerita Rakyat Sumatera Utara yang paling Terkenal, Waktu Kecil Sering Diceritain Sebelum Tidur
Karena pesan inilah perlu kiranya dijelaskan tentang cerita rakyat dari Sumatera, terkhusunya di daerah Sumatera Utara.
Sumatera Utara sendiri adalah sebuah propinsi yang dikenal dengan gudangnya legenda atau cerita rakyat. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di pulau Sumatera, Indonesia, juga memiliki berbagai cerita rakyat menarik yang datang dari suku Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing dan berbagai etnis lainnya yang tinggal dan hidup di setiap kabupaten di provinsi tersebut.
Legenda tersebut, ada yang mengkisahkan tentang terjadinya suatu obyek/tempat dan ada pula mengenai asal mula terbentuknya suatu marga. Masing-masing cerita itu tentu menyiratkan pesan moral, nasihat dan kebaikan bagi para pembaca.
Bahkan, sebagian di antaranya dimasukkan ke dalam buku-buku pelajaran agar anak-anak memahami pesan moral yang ada di dalamnya.
1. Asal Mula Danau Toba dan Pulau Samosir.
sc.instagram.@dicky02841
Cerita rakyat dari masyarakat suku Batak ini berkisah tentang keberadaan seorang pemuda bernama Toba yang kemudian menikah dengan seorang putri dari khayangan. Toba akhirnya memiliki anak dan diberi nama Samosir. Pada suatu ketika, Samosir diminta oleh ibunya untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya di ladang.
Di perjalanan, Samosir merasa lapar dan memakan titipan ibunya hingga habis dan tersisa tulang saja. Mengetahui hal tersebut, Toba marah dan memakinya anaknya dengan sebutan ikan. Ibunya yang melihat Samosir menangis akhirnya murka karena Toba melanggar perjanjian. Wanita tersebut kemudian memutuskan untuk kembali ke khayangan.
Toba meminta maaf namun tak digubris sama sekali. Selepas kepergian wanita itu, tiba-tiba hujan turun begitu lebat sehingga terbentuklah danau terbesar di Asia Tenggara yang kelak diberi nama Danau Toba dengan sebuah pulau ditengahnya dan diberi nama Pulau Samosir.
2. Asal Usul Batu Gantung.
sc.instagram.@pesona.indonesia
Kehadiran Panorama Batu Gantung tak lepas dari cerita rakyat Sumatera Utara. Keberadaan Batu Gantung, selalu menarik perhatian para turis yang datang ke Danau Toba yang terletak di Parapat.
Pada zaman dahulu, di sebuah desa di tepi Danau Toba, hiduplah sepasang suami istri yang memiliki seorang anak gadis cantik jelita. Dadis itu bernama Seruni. Suatu hari, Seruni harus berpisah dengan pemuda pujaannya, yang bernama si Doli. Akan tetapi si Doli pergi merantau untuk mengumpulkan uang, sebagai biaya pernikahan.
Putus asa dengan keadaan dan tidak ada yang bisa membantunya, Seruni berkata “Parapat... Parapat batu!!” yang artinya merapatlah batu. Tak disangka tiba-tiba dinding batu menghimpit badan Seruni. Melihat kondisi ini, si Toki bergegas pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, orang tuanya sadar melihat tingkah si Toki yang terus menggonggong dan mengajak orang tuanya ke suatu tempat. Sesampainya di tepi tebing Danau Toba, orang tuanya mencoba membantu anaknya, namun batu itu sudah terlalu sempit dan semakin menghimpit badan Seruni.
Orang tuanya hanya mendengar teriakan anaknya yang terus menyebutkan “Parapat... Parapat batu!!” tiba-tiba batu-batu di situ berguncang yang membuat lubang itu menutup dengan sendirinya. Setelah guncangan tersebut, muncullah sebuah batu gantung yang membentuk tubuh seorang perempuan yang dipercaya batu jelmaan sosok Seruni.
3. Lubuk Omas.
Lubuk Omas atau lubuk emas merupakan cerita rakyat dari etnis Melayu Asahan-Labuhan Batu. Cerita ini mengisahkan seorang pria, Margolang, yang diangkat jadi raja karena budi pekerti yang baik.
Alkisah di Teluk Dalam (Nias Selatan) seorang raja bernama Simangolong mempunyai seorang putri bernama Sri Padan. Ia bak gadis sempurna, diwariskan wajah rupawan, giat bekerja dan tak segan turun tangan membantu orang di sekitarnya.
Keanggunan Sri Pandan tak hanya memikat pemuda Nias. Namun, tak sedikit keturunan raja terang-terangan menyatakan keinginan mereka untuk menikahi Sri Padan. Suatu ketika, Kerajaan Aceh menjatuhkan lamaran. Rasa bahagia menyelimuti Raja Simangolong.
Ketika memberi tahu sang putri, Sri Pandan justru menangis tersedu-sedan. Dalam isaknya, Sri Pandan akhirnya jujur dan mengakui jika ia telah menjalin hubungan dengan Hobatan, pria yang selama ini merupakan pembantu Simangolong.
Bulat sudah tekad Sri Pandan, ia mengajak Hobatan pergi meninggalkan kerajaan. Sayang, justru penolakan yang diberikan lelaki yang ia cintai itu. Sakit hati, ia pun berkemas sendiri dan meninggalkan kerajaan. Tujuannya satu, yaitu ke sebuah aliran sungai bernama Lubuk Asahan.
Dengan lantang, Sri Pandan bersumpah jika tak akan ada lagi wanita cantik di Teluk Dalam, ia pun menerjunkan diri bersama emas dan pakaian yang ia kemas dari dari kerajaan. Hilangnya sang putri membuat gempar. Hobatan pun angkat suara dan menyebut jika Sri Pandan telah melarikan diri dan terjun ke sungai yang kini diberi nama Lubuk Emas.
4. Patung Sigale-Gale.
sc.instagram.@kikiraihani
Pada zaman dulu, ada seorang raja yang sangat bijaksana yang tinggal di wilayah Toba. Raja ini hanya memiliki seorang anak, namanya Manggale. Pada zaman tersebut masih sering terjadi peperangan antar satu kerajaan ke kerajaan lain. Hingga suatu hari sang raja menyuruh anaknya untuk ikut dalam medan perang yang ahirnya menewaskan sang anak.
Sang Raja sangat terpukul hatinya mengingat anak satu-satunya sudah tiada, lalu raja jatuh sakit. Melihat situasi sang raja yang semakin hari semakin kritis, penasehat kerajaan memanggil orang pintar untuk mengobati penyakit sang raja.
Dari beberapa orang pintar (tabib) yang dipanggil mengatakan bahwa sang raja sakit oleh karena kerinduannya kepada anaknya yang sudah meninggal. Sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan agar dipahat sebuah kayu menjadi sebuah patung yang menyerupai wajah Manggale, dan saran dari tabib ini pun dilaksanakan di sebuah hutan.
Ketika patung ini telah selesai, penasehat kerajaan mengadakan satu upacara untuk pengangkatan patung Manggale ke istana kerajaan.
Sang tabib mengadakan upacara ritual, meniup sordam dan memanggil roh anak sang raja untuk dimasukkan ke patung tersebut. Patung ini diangkut dari sebuah pondok di hutan dan diiringi dengan suara sordam dan gondang sabangunan.
Setelah rombongan ini tiba di istana kerajaan, Sang Raja tiba-tiba pulih dari penyakit karena sang raja melihat bahwa patung tersebut persis seperti wajah anaknya. Pesan moralnya adalah jangan terlalu sedih berlarut – larut.
5. Legenda Putri Hijau.
Putri Hijau adalah putri raja yang berasal dari Deli Tua, Medan yang masuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Deli. Konon, Putri Hijau diminati raja dari tanah Aceh yang bernama Sultan Mukhayat Syah dan ingin memersuntingnya, namun mengalami hambatan.
Ketika Raja Aceh hendak mendatangi Putri Hijau untuk melakukan peminangan, kakak kandung Putri Hijau mengajukan permintaan Sultan Aceh untuk meminangnya namun Putri Hijau menolak lamarannya.
Karena inilah Sultan Aceh menjadi marah dan menjadi alasan terjadinya perang antara prajurit Aceh dan Kesultanan Deli.
Saat peperangan terjadi, Mamban Khayali yang merupakan kakak Putri Hijau menjelmakan dirinya menjadi sebuah meriam yang dapat menembaki musuh. Saat itu, Mambang Khayali merasa haus, namun dilarang untuk minum karena akan membahayakan kondisinya.
Akhirnya karena ia merasa sendi – sendinya lemah karena terus memuntahkan meriam, tubuhnya patah menjadi dua. Kepalanya terpental ke Aceh dan bagian belakangnya tinggal di Deli.
Saat Kesultanan Deli kala perang, Putri Hijau akhirnya ditawan dan dibawa ke Kerajaan Aceh. Sebelumnya, Mambang Yazid telah memberikan pesan pada Putri Hijau untuk meminta pada Raja Aceh agar ditempatkan di keranda kaca dan memanggilnya saat Putri Hijau tiba di Kerajaan Aceh.
Saat sedang mengadakan upacara penyambutan di tepi pantai kemudian Putri Hijau keluar dari keranda kacanya dan memanggil Mambang Yazid. Tiba-tiba turunlah angin ribut dan hujan lebat disertai halilintar, dan gulungan ombak yang amat dahsyat.
Lalu muncullah seekor naga raksasa dari dalam ombak dan langsung menuju ke kapal Sultan Aceh. Kapal Sultan Aceh dihantam dengan ekornya hingga kapal terbelah menjadi dua dan karam dengan segera. Sultan Mukhayat Syah selamat.
Dalam keadaan yang kacau itu, Putri Hijau segera kembali ke keranda kacanya sehingga pada waktu ombak menghantam kapal, ia dapat terapung-apung di atas laut. Sang Naga segera meluncur menghampiri keranda itu lalu mengangkatnya dengan kepalanya dan dibawanya ke Selat Malaka.
6. Lau Kawar.
sc.instagram.@goadvmdn
Pada zaman dahulu kala, tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo, Desa Kawar namanya. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah.
Suatu waktu, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat.
Pada hari pelaksanaan upacara adat tersebut, Desa Kawar tampak ramai dan semarak. Para penduduk mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta perhiasan yang indah. Kaum perempuan pada sibuk memasak berbagai macam masakan untuk dimakan bersama dalam upacara tersebut.
Pelaksanaan upacara juga dimeriahkan dengan pagelaran ‘Gendang Guro-Guro Aron’ yang merupakan musik khas masyarakat Karo. Pada pesta yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu, seluruh penduduk hadir dalam pesta tersebut, kecuali seorang nenek tua renta yang sedang menderita sakit lumpuh.
Tidak ketinggalan pula anak, menantu maupun cucunya turut hadir dalam acara itu. Sang nenek yang merasa ditinggalkan dan tak diperdulikan oleh anak cucunya yang sedang asyik dalam perayaan upacara. Nenek tersebut mengutuk anak-cucunya karena membiarkan ia lemah kelaparan.
Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Langit pun menjadi mendung, guntur menggelegar bagai memecah langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. Seluruh penduduk yang semula bersuka-ria, tiba-tiba menjadi panik.
Suara jerit tangis meminta tolong pun terdengar dari mana-mana. Namun, mereka sudah tidak bisa menghindar dari keganasan alam yang sungguh mengerikan itu. Dalam sekejap, Desa Kawar yang subur dan makmur tiba-tiba tenggelam. Tak seorang pun penduduknya yang selamat dalam peristiwa itu. Beberapa hari kemudian, desa itu berubah menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air.
Oleh masyarakat setempat, kawah itu diberi nama ‘Lau Kawar’. Pesan moral dari certa ini adalah pandai mensyukuri nikmat, menjauhi sifat durhaka kepada orang tua, dan menyia-nyiakan amanah.
7. Legenda Putri Runduk.
Legenda Putri Runduk adalah cerita rakyat Sumatera Utara yang cukup populer. Bahkan, sebagian warga di propinsi ini mengenal tentang kisah tersebut.
Dikisahkan Putri Runduk adalah seorang putri yang cantik jelita.
Karena kecantikannya banyak raja-raja dari negeri seberang untuk meminangnya. Sayangnya sang Putri Runduk sudah memiliki suami.
Akan tetapi para raja yang sudah kadung jatuh cinta ini tidak menyerah begitu saja. Bahkan mereka berani mengirimkan pasukan untuk menantang perang bagi siapapun yang ingin menghalangi langkahnya melamar Putri Runduk.
Setiap daerah di Indonesia memiliki ceritanya sendiri yang menjadi originalitas daerah tersebut. Beredarnya cerita rakyat terkadang kejadiannya sendiri terjadi di luar akal manusia.
Terlepas dari itu, cerita rakyat masih dikaitkan dengan ciri khas suatu daerah untuk tetap mempertahankan kebudayaannya, khususnya Sumatera Utara.