Mengintip 3 Pasar Tradisional Palembang, Ada yang udah berdiri sejak Tahun 1821 !
Karogaul.com - Buat sobat karo gaul yang sudah pernah liburan ke Palembang, pasti nggak asing lagi dengan Sungai Musi dan Jembatan Ampera. Begitu juga saat mendengar nama Pulau Kemaro atau Benteng Kuto Besak.
Ya, tempat-tempat tadi memang dikenal sebagai primadona pariwisata kota Palembang. Kalau sobat karo gaul ingin dapat pengalaman wisata unik, deretan pasar tradisional Palembang bisa jadi destinasi seru, lho. Cocok banget untuk kamu yang ingin menikmati wisata sejarah, kuliner, dan belanja sekaligus!
Penasaran kan pasar tradisional kota Palembang mana saja yang wajib sobat karo gaul kunjungi? Simak dulu ulasan di bawah ini!
Kegiatan Seru yang Bisa Dilakukan di Pasar Tradisional
Sobat karo gaul pasti bingung, emang apa sih serunya jalan-jalan ke pasar tradisional?
Selama ini pasar tradisional sering dianggap kotor, jorok, nggak tertata rapi, dan semrawut. Belum lagi lalu lintas sekitar pasar yang padat oleh orang-orang dan berbagai jenis kendaraan. Pokoknya pusing deh pergi ke pasar tradisional!
Namun, tren wisata masa kini justru menawarkan wisatawan untuk menikmati pengalaman sedekat mungkin dengan masyarakat setempat. Salah satunya dengan membuat pasar tradisional sebagai atraksi wisata. Siapa sih yang nggak tahu nama Pasar Beringharjo di Jogja, Pasar Klewer di Solo, Pasar Tanah Abang di Jakarta, hingga Pasar Ubud di Bali?
Keempat pasar itu jadi contoh sukses pasar tradisional memikat wisatawan domestik maupun asing. Apalagi, jika pasar tersebut punya sejarah atau daya tarik unik yang bikin wisatawan berminat datang ke sana.
Sobat karo gaul bisa lho, melakukan beberapa kegiatan seru di pasar tradisional. Kamu bisa belajar tentang sejarah pasar tradisional lewat arsitektur bangunan atau penjelasan tour guide. Banyak pasar tradisional di Indonesia sudah berdiri puluhan hingga ratusan tahun lamanya. Ini jadi cerita tersendiri kan?
Lalu, kamu bebas belanja aneka barang, dari bahan makanan segar, buah-buahan, hingga pakaian atau kebutuhan rumah tangga. Bisa juga nih sambil berlatih bahasa lokal dan keterampilan tawar menawar.
Berikutnya, sobat karo gaul bebas wisata kuliner sampai kenyang! Pasar tradisional adalah tempat terbaik untuk mencicipi berbagai makanan daerah. Terakhir, hunting oleh-oleh dengan harga miring. Harga cinderamata yang dijual di pasar lebih ramah di kantong daripada di toko khusus oleh-oleh. Hati-hati kalap ya, sobat karo gaul!
3 Pasar Tradisional Legendaris di Palembang
Buat sobat karo gaul, intip dulu 3 pasar tradisional nan legendaris di Palembang berikut ini.
1. Pasar 16 Ilir, Selangkah dari Jembatan Ampera
Sumber: shutterstock.com
Ketika sobat karo gaul sedang mengagumi kemegahan Jembatan Ampera, mustahil kalau kamu nggak menyadari keberadaan Pasar 16 Ilir. Sebagai pasar terbesar dan tertua di Palembang, kehidupan di Pasar 16 Ilir terus berdenyut sepanjang hari alias nggak pernah sepi.
Kamu cari barang apa pun, pasti ada! Wajar kalau masyarakat Palembang menjadikan Pasar 16 Ilir sebagai tempat mencari semua kebutuhan sehari-hari, dari bahan makanan, kebutuhan dapur, pakaian, hingga oleh-oleh.
Pasar yang sudah berdiri sejak tahun 1821 ini berawal dari pasar tumbuh. Disebut demikian karena pasar ini ada berkat keramaian aktivitas perdagangan di kawasan tersebut. Akhirnya, bangunan permanen pun didirikan guna menampung para pedagang dan memudahkan pembeli berbelanja.
Di lantai bawah dan basement, sobat karo gaul bisa membeli produk fashion seperti pakaian dan perhiasan emas. Kalau kamu ingin beli kain songket, deretan kios di lantai 1 bisa jadi tujuan.
Apalagi, barang-barang di sini dijual dengan harga grosir, sehingga lebih murah tetapi tetap berkualitas. Di lantai 2, sobat karo gaul bakal menjumpai pedagang pakaian muslim dan perlengkapan sholat.
Lapar? Tenang saja, kamu bisa menyusuri deretan warung tenda yang letaknya bersisian dengan Sungai Musi. Dari pempek hingga pindang ikan patin, semua ada di sini. Setelah itu, sobat karo gaul bisa melanjutkan perjalanan dengan naik kapal di Sungai Musi dari Dermaga 16 Ilir.
Ketika sobat karo gaul sedang mengagumi kemegahan Jembatan Ampera, mustahil kalau kamu nggak menyadari keberadaan Pasar 16 Ilir. Sebagai pasar terbesar dan tertua di Palembang, kehidupan di Pasar 16 Ilir terus berdenyut sepanjang hari alias nggak pernah sepi.
Kamu cari barang apa pun, pasti ada! Wajar kalau masyarakat Palembang menjadikan Pasar 16 Ilir sebagai tempat mencari semua kebutuhan sehari-hari, dari bahan makanan, kebutuhan dapur, pakaian, hingga oleh-oleh.
Pasar yang sudah berdiri sejak tahun 1821 ini berawal dari pasar tumbuh. Disebut demikian karena pasar ini ada berkat keramaian aktivitas perdagangan di kawasan tersebut. Akhirnya, bangunan permanen pun didirikan guna menampung para pedagang dan memudahkan pembeli berbelanja.
Di lantai bawah dan basement, sobat karo gaul bisa membeli produk fashion seperti pakaian dan perhiasan emas. Kalau kamu ingin beli kain songket, deretan kios di lantai 1 bisa jadi tujuan.
Apalagi, barang-barang di sini dijual dengan harga grosir, sehingga lebih murah tetapi tetap berkualitas. Di lantai 2, sobat karo gaul bakal menjumpai pedagang pakaian muslim dan perlengkapan sholat.
Lapar? Tenang saja, kamu bisa menyusuri deretan warung tenda yang letaknya bersisian dengan Sungai Musi. Dari pempek hingga pindang ikan patin, semua ada di sini. Setelah itu, sobat karo gaul bisa melanjutkan perjalanan dengan naik kapal di Sungai Musi dari Dermaga 16 Ilir.
2. Pasar Cinde, Kembaran Pasar Johar Semarang
sumber: shutterstock.com
Pasar Johar di Semarang ternyata punya kembaran di Palembang, sobat karo gaul ! Ya, Pasar Cinde adalah jawabannya. Kedua pasar ini disebut kembar karena sama-sama dirancang oleh seorang arsitek bernama Herman Thomas Karsten.
Berdiri tahun 1958, Pasar Cinde sempat jadi landmark kota Palembang. Salah satunya berkat pilar-pilar tinggi berbentuk cendawan atau konstruksi paddestoel yang menghiasi bagian dalam bangunan.
Selain itu, posisi Pasar Cinde berada di tengah Komplek Pemakaman Sultan Abd ar-Rahman, sultan pertama Kesultanan Palembang Darussalam yang memerintah tahun 1662-1702. Penemuan pecahan keramik kuno peninggalan Dinasti Ching dan Ming serta reruntuhan bata bangunan menguatkan bukti keberadaan lokasi bersejarah ini.
Pasar Cinde menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari masyarakat Palembang. Namun, sobat karo gaul juga bisa berkunjung ke area pasar yang menjadi pusat penjualan suku cadang bekas pakai dari berbagai jenis kendaraan. Bagi penggemar kendaraan antik, tentu area ini ibarat surga karena bisa mencari berbagai suku cadang langka.
Saat ini, pasar yang dulu dikenal sebagai Pasar Lingkis tengah direnovasi karena bangunannya sudah termakan usia. Namun, pemerintah setempat berjanji mempertahankan arsitektur aslinya, terutama konstruksi cendawan yang ada, dan menjadikan Pasar Cinde sebagai cagar budaya.
Pasar Johar di Semarang ternyata punya kembaran di Palembang, sobat karo gaul ! Ya, Pasar Cinde adalah jawabannya. Kedua pasar ini disebut kembar karena sama-sama dirancang oleh seorang arsitek bernama Herman Thomas Karsten.
Berdiri tahun 1958, Pasar Cinde sempat jadi landmark kota Palembang. Salah satunya berkat pilar-pilar tinggi berbentuk cendawan atau konstruksi paddestoel yang menghiasi bagian dalam bangunan.
Selain itu, posisi Pasar Cinde berada di tengah Komplek Pemakaman Sultan Abd ar-Rahman, sultan pertama Kesultanan Palembang Darussalam yang memerintah tahun 1662-1702. Penemuan pecahan keramik kuno peninggalan Dinasti Ching dan Ming serta reruntuhan bata bangunan menguatkan bukti keberadaan lokasi bersejarah ini.
Pasar Cinde menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari masyarakat Palembang. Namun, sobat karo gaul juga bisa berkunjung ke area pasar yang menjadi pusat penjualan suku cadang bekas pakai dari berbagai jenis kendaraan. Bagi penggemar kendaraan antik, tentu area ini ibarat surga karena bisa mencari berbagai suku cadang langka.
Saat ini, pasar yang dulu dikenal sebagai Pasar Lingkis tengah direnovasi karena bangunannya sudah termakan usia. Namun, pemerintah setempat berjanji mempertahankan arsitektur aslinya, terutama konstruksi cendawan yang ada, dan menjadikan Pasar Cinde sebagai cagar budaya.
3. Makan Pempek Sampai Kenyang di Pasar 26 Ilir
Sumber: shutterstock.com
Sobat karo gaul, letak Pasar 26 Ilir tidak jauh dari Kantor Walikota Palembang, sekitar 300 meter berjalan kaki saja. Di sebuah ruas jalan di kawasan pasar ini terdapat Kampung Pempek 26 Ilir. Sesuai namanya, kamu bakal menjumpai jejeran kedai yang menjajakan berbagai jenis pempek.
Berbeda dari toko-toko yang memproduksi pempek di luar kawasan Pasar 26 Ilir, pempek yang dijual di sini harganya tergolong murah, lho. Kisaran harga pempek kecil seperti adaan, telur kecil, lenjer kecil, atau kulit mulai Rp1.000 hingga Rp2.000 saja. Sedangkan pempek lenjer besar dan kapal selam dibanderol harga Rp10.000 per buah.
Kamu bisa juga menyantap model atau tekwan. Keduanya merupakan olahan pempek yang disajikan dengan kuah dari kaldu ikan atau udang. Perut kamu bakal terasa hangat setelah menghabiskan semangkuk hidangan lezat ini.
Di Pasar 26 Ilir, sobat karo gaul juga bisa menikmati hidangan lain khas Palembang. Mie celor misalnya. Mie kuning berkuah santan dengan kaldu gurih kental dijamin bikin kamu ketagihan. Lengkapi wisata kuliner kamu di pasar ini dengan semangkuk es kacang merah. Dijamin, rasa haus yang terbit di tengah cuaca panas kota Palembang langsung hilang seketika!
Nah, untuk sobat karo gaul yang mau beli pempek sebagai oleh-oleh, para penjual pempek di Pasar 26 Ilir menyediakan pilihan paket pempek yang sudah dikemas rapi. Kamu bisa membelinya dengan harga mulai Rp50.000 sampai Rp100.000 saja. Terjangkau, murah, dan pasti enak!
Pulang Bawa Oleh-oleh Khas Palembang
Gimana, sobat karo gaul menarik kan jalan-jalan ke pasar tradisional? Ayo, sempatkan diri berpetualang ke 3 pasar tradisional di Palembang tadi sambil beli oleh-oleh khas Palembang untuk keluarga di rumah! Selamat berbelanja, sobat karo gaul!
Sobat karo gaul, letak Pasar 26 Ilir tidak jauh dari Kantor Walikota Palembang, sekitar 300 meter berjalan kaki saja. Di sebuah ruas jalan di kawasan pasar ini terdapat Kampung Pempek 26 Ilir. Sesuai namanya, kamu bakal menjumpai jejeran kedai yang menjajakan berbagai jenis pempek.
Berbeda dari toko-toko yang memproduksi pempek di luar kawasan Pasar 26 Ilir, pempek yang dijual di sini harganya tergolong murah, lho. Kisaran harga pempek kecil seperti adaan, telur kecil, lenjer kecil, atau kulit mulai Rp1.000 hingga Rp2.000 saja. Sedangkan pempek lenjer besar dan kapal selam dibanderol harga Rp10.000 per buah.
Kamu bisa juga menyantap model atau tekwan. Keduanya merupakan olahan pempek yang disajikan dengan kuah dari kaldu ikan atau udang. Perut kamu bakal terasa hangat setelah menghabiskan semangkuk hidangan lezat ini.
Di Pasar 26 Ilir, sobat karo gaul juga bisa menikmati hidangan lain khas Palembang. Mie celor misalnya. Mie kuning berkuah santan dengan kaldu gurih kental dijamin bikin kamu ketagihan. Lengkapi wisata kuliner kamu di pasar ini dengan semangkuk es kacang merah. Dijamin, rasa haus yang terbit di tengah cuaca panas kota Palembang langsung hilang seketika!
Nah, untuk sobat karo gaul yang mau beli pempek sebagai oleh-oleh, para penjual pempek di Pasar 26 Ilir menyediakan pilihan paket pempek yang sudah dikemas rapi. Kamu bisa membelinya dengan harga mulai Rp50.000 sampai Rp100.000 saja. Terjangkau, murah, dan pasti enak!
Pulang Bawa Oleh-oleh Khas Palembang
Gimana, sobat karo gaul menarik kan jalan-jalan ke pasar tradisional? Ayo, sempatkan diri berpetualang ke 3 pasar tradisional di Palembang tadi sambil beli oleh-oleh khas Palembang untuk keluarga di rumah! Selamat berbelanja, sobat karo gaul!