Landek kita, Inilah 8 Tarian Adat Suku Karo yang hingga kini masih terus Dipertahankan
Karogaul.com - Tabuhan musik yang
mengiringi tarian khas Karo merupakan wujud dari kekayaan kultur yang dimiliki
oleh salah satu etnis suku terbesar yang berasal dan menetap di berbagai
wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.
Bagi masyarakat
Karo, istilah 'tari' selalu identik dengan 'Tari Adat Karo’ secara umum terdiri dari 3 jenis sesuai dengan fungsinya masing-masing
yakni komunal (ritual dan tradisi adat), khusus dan juga tontonan (hiburan).
Lalu apa saja yang hingga kini masih terus dipertahankan?
1. Tari Piso Surit
Tari persembahan
Karo ini cukup sering ditampilkan di berbagai event atau ketika ada kunjungan
dari figur publik. Ya, istilah 'Piso Surit' ternyata tidak hanya merujuk kepada
sebuah lagu tradisional lho!
2. Tari Mejuah-Juah
Sesuai dengan
artinya, Tari Mejuah-Juah adalah bentuk penghormatan sekaligus penyambutan bagi
tamu atau sosok yang dianggap memiliki peranan penting di dalam ruang lingkup
masyarakat. Namun Mejuah-Juah juga sering kali ditampilkan dalam menyambut
wisatawan rombongan yang datang ke Tanah Karo.
3. Tari Ndikar
Ndikar merupakan
salah satu pencak silat khas Sumatera Utara yang berasal dari etnis Karo.
Seiring berjalannya waktu, Ndikar tidak hanya dipelajari sebagai seni bela diri
tetapi kerap juga dijadikan sebagai sarana hiburan yang dipertontonkan di
hadapan khalayak. Tentu diiringi pula dengan tabuhan musik tradisional Karo.
4. Tari Lima
Serangkai
Salah satu jenis
tari hiburan di tengah etnis Karo ini sudah ada sejak tahun 1956. Ciri khasnya
terletak pada jumlah penari berpasangan yang harus terdiri dari 5 muda-mudi
dengan total 10 penari. Lima Serangkai selalu hadir di berbagai acara adat Karo
seperti Guro-Guro Aron atau Kerja Tahun.
5. Tari
Gundala-Gundala
Ditarikan oleh kaum
pria dengan menggunakan topeng
berbagai rupa. Busana mencolok dengan warna kontras merah, putih dan
kuning semakin menguatkan tujuan di balik Tari Gundala-Gundala. Dahulu, tarian
ini biasanya diadakan saat musim kemarau yang berkepanjangan.
6. Tari Roti Manis
Serupa halnya dengan
Tarian Roti Manis, ditampilkan secara berpasangan dengan ritme musik yang
bertempo lambat.
Baca juga : Motif Beka Buluh dan Karikatur pada Kesing Karo
7. Tari Sigundari
Dalam bahasa
Indonesia, kata "gundari" berarti "sekarang". Tarian ini
muncul di tengah perkembangan zaman, mengikuti alat musik modern seperti
keyboard. Tidak ada pakem khusus dalam tarian ini.
8. Tari Mbuah Page
Yang satu ini
biasanya ditampilkan pada perayaan kerja tahun sebagai harapan agar hasil panen
'padi' semakin meningkat di tahun kedepannya. Setiap tari
adat di atas selalu diiringi oleh ensambel musik khas Karo mulai dari sarune,
kulcapi, keteng-keteng, gendang singanaki, balobat, gendang singindungi hingga
gung penganak.
Sesuai dengan
gerakan tubuh, tangan dan kaki para penari, etnis Karo mengenal istilah pakem
tari yang disebut 'cak-cak'. Cak-cak terbagi lagi ke dalam beberapa tipe yakni
pergerakan tari yang lambat hingga sangat cepat, diantaranya cak-cak simalungun
rayat, mari-mari, patam, odak-odak, gendang seluk.